hello

Senin, 25 Februari 2019

BUAH KULDI renungan#22

Aku aslinya bukanlah penduduk dunia, aku datang dari surga. Karena ada tugas penting, aku dimutasikan-Nya ke dunia.
Tuhanku Yang Maha Pengasih Maha Penyayang tidak begitu saja melepaskan aku di dunia. Dia membekaliku dengan Alqur’an dan Rasul-Nya agar aku bisa hidup serasa di surga.



Seperti layaknya di surga, di dunia pun aku boleh melakukan apa saja yang aku mau asalkan bukan “buah kuldi.”
Aku boleh setiap hari gonta ganti mobil baru asalkan tidak membuatku lalai dari mengingatNya, ataupun takabur berbangga diri.
Aku boleh berbaju buatan perancang kelas dunia, asalkan tetap rendah hati dan tidak memperlihatkan auratku.
Aku boleh ... ah layaknya seperti di surga apapun boleh aku lakukan ..., asalkan jangan “buah kuldi” saja.

ISI HATI BUKAN ISI OTAK renungan#21

Sering jadi berita seorang yang ilmu agama Islamnya tinggi tapi melakukan perbuatan tak terpuji. Umat pun mengerinyitkan dahi, koq bisa ya …?

Sebenarnya tak perlu lah heran. Karena ilmu agama bila masih berada di otak, belum turun ke hati, memang tak mampu membuat orang berakhlak mulia. Jauh hari Rasulullah SAW sebenarnya telah memberi petunjuk, “Dalam diri manusia ada segumpal daging. Bila daging itu baik maka akan baik pula akhlak orang itu. Daging itu adalah hati”

Saatnya menyadari …, akhlak mulia muncul bukan disebabkan karena otak banyak tahu ilmu agama, melainkan karena hati banyak terisi keyakinan yang diajarkan oleh ilmu agama.


PERILAKU BUKANLAH HASIL MENGIMPLEMENTASIKAN ILMU, MELAINKAN PANCARAN     DARI KEYAKINAN YANG TERPATERI DI KALBU

MANUSIA VS SAPI renungan#20


Mengapa sikap orang berbeda-beda, sementara sikap sapi di seluruh dunia sama?
Manakah penyebab perbedaan sikap manusia yang paling dominan : 1. Lingkungan, 2. Ilmu agama, 3. Materi (harta), 4. Isi kalbu, ataukah 5. Tingkat pendidikan?

Bila Anda memilih nomor 4, jawaban Anda itu sesuai dengan petunjuk Nabi kita yang mulia 15 abad silam, “Di dalam diri manusia ada segumpal ‘daging.” Bila ‘daging’ itu baik maka akan baik pula perilakunya. ‘Daging’ itu adalah kalbu.”

SEANDAINYA SAJA MANUSIA TIDAK MEMILIKI KALBU, NISCAYA PERILAKUNYA AKAN SAMA


Jumat, 22 Februari 2019

INDAH renungan#19

Suatu hari seorang Arab badui buang air kecil di sudut  masjid. Para sahabat kemudian berdiri untuk memukulinya. Namun Rasulullah SAW memerintahkan, “Biarkanlah dia, siramlah air kencingnya dengan seember atau segayung air. Sesungguhnya kamu ditampilkan ke tengah-tengah umat manusia untuk memberi kemudahan, bukan untuk membuat kesukaran”


AJARAN ISLAM BILA DIAMALKAN SESUAI CONTOH RASULULLAH SAW PASTILAH TAK MENGUSIK ATAU PUN MELUKAI

KENIKMATAN SEJATI renungan#18

Kenikmatan itu jenisnya tidak satu melainkan dua.
Ada kenikmatan yang “di luar” dan ada kenikmatan yang ”di dalam”

Kalbu yang dibiarkan tidak terawat dan tidak pula terasah, ia hanya dapat menikmati kenikmatan yang di “luar” saja,
yaitu sebatas kenikmatan makan dan minum.



Lho…koq mirip dengan sapi ya…??

SALAH SATU INDIKATOR KALBU YANG SEDANG SEKARAT ADALAH IA HANYA BISA MERASAKAN KENIKMATAN SEBATAS PADA KENIKMATAN MAKAN DAN MINUM SAJA


KEPUASAN SEJATI renungan#17

Menuruti hawa nafsu mengantarkan pada kepuasan semu yang selalu berujung pada penyesalan.


Menahan diri dari keinginan hawa nafsu mengantarkan pada kepuasan sejati yang tak pernah mengenal penyesalan.

Hai jiwa yang tenang ...
Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang puas lagi diridhai-Nya.

MENAHAN NAFSU ITU BERAT, TETAPI MENAHAN SIKSAAN NERAKA JAUUHHH LEBIH BERAT LAGI …

MENGGESER LETAK KEPUASAN renungan#16

Rasa puas muncul setelah kita melakukan suatu action.

Misalnya saja, kita merasa puas setelah melakukan perbuatan bergunjing.
Ataupun kita merasa puas setelah melakukan perbuatan melampiaskan nafsu.

Mengapa tidak kita geser saja letak kepuasan ini?


Kita tidak lagi puas setelah bergunjing, tapi kita puas setelah menang membungkam mulut yang mau bergunjing….
Begitu juga kita puas bukannya setelah melampiaskan emosi, tetapi setelah berhasil meminggirkan emosi.

Mestinya bisa kan ya 

JAGOAN ITU BUKAN YANG JAGO MARAH, MONYET JUGA BISA

BATU LONCATAN renungan#15



Dunia sejatinya hanyalah BATU LONCATAN untuk mencapai surga.
Tanpa adanya dunia, manusia pun tak akan pernah bisa merasakan surga.

Sebagai suatu BATU LONCATAN tentunya ia harus dikenali dengan baik, karena salah-salah kaki kita menapak akibatnya bisa gawat yaitu terpeleset nyebur ke tetangganya surga.

Inilah dia dunia itu :

Dunia kandangnya tipuan, hari ini kita dibuatnya tertawa terpingkal-pingkal besok lusa dibuatnya kita menangis tersedu-sedu

Dunia arena pengujian bagi manusia, siapa yang nanti setelah kiamat layak untuk bersenang-senang dan siapa pula yang pantas berpedih-pedih

Dunia nilainya bagaikan setetes air di lautan

Dunia haruslah diletakkan di tangan

………………………… mau nambahin? silakan ya

Kamis, 14 Februari 2019

PEMBERIAN TERINDAH renungan#14


Memberi maaf jauh lebih indah dibandingkan dengan memberi dunia dengan seluruh isinya.....

UNTUNGNYA MEMBERI renungan#13

Allah Yang Maha Pengasih Maha Penyayang membalas perbuatan baik yang kita lakukan dengan balasan sepuluh kali lipat, dan membalas infak harta dengan balasan tujuh ratus kali ( Al-An’am 160,  Al-Baqarah 261 ).

Saatnya menyadari …, banyaknya pemberian Allah kepada kita sangat dipengaruhi oleh seberapa banyaknya kita memberi.


 SEMAKIN BANYAK “MEMBERI” SEMAKIN BANYAK PULA “DIBERI”

SURGA NERAKA ADALAH HAK ALLAH renungan#12

Allah Yang Maha Bijaksana memasukkan ke surga orang-orang yang taat pada~Nya, dan memasukan ke neraka orang-orang yang membangkang ( An-Nisaa’:13-14, 57 Al-Kahfi:107- 108, Al-Baqarah:82, Al-’Araaf:42).

Saatnya menyadari …, tinggal di surga ataukah di neraka kelak, sejatinya berada dalam genggaman tangan kita sendiri.


BILA HIDUP SELARAS DENGAN  PETUNJUK2 ALQUR’AN, MAKA TANGAN MENGGENGGAM SURGA.
BILA HIDUP BERTENTANGAN DENGAN PETUNJUK2 ALQUR’AN, MAKA TANGAN MENGGENGGAM NERAKA