SEORANG lelaki yang baru menikah tinggal menumpang di rumah mertuanya. Beberapa saat tinggal bersamanya, akhirnya ia demikian kesal dengan ibu mertuanya yang menurutnya sangat brengsek, cerewet, bawel, bossy, dan angkuh sekali.
Setelah dua tahun, baginya cukup sudah penderitaan itu. Ia memutuskan untuk mengakhiri dengan berencana membunuh ibu mertuanya. Setelah memutar otak, ia pergi mendatangi dukun yang paling sakti di daerahnya.
Usai bercerita dengan penuh kegeraman, sang dukun tersenyum dan mengangguk-angguk. Diberinya sebotol cairan yang menurut petunjuk dukun adalah racun yang sangat mematikan. Syaratnya harus diberikan sedikit demi sedikit selama 2 bulan, dan dalam memberikan ia diharuskan bersikap manis, berkata lebih sopan, serta selalu tersenyum. Hal ini untuk membuat si mertua supaya tidak mencurigainya. Dengan penuh kesabaran, hari demi hari ia mulai meracuni si mertua, tentunya dengan sikap manis, tutur kata yang lebih santun serta senyum yang tidak lepas dari mulutnya. Perlahan namun pasti ia mulai melihat perubahan pada mertuanya.
Ada satu hal yang membuatnya bingung, setelah satu bulan ia meracuni mertuanya, kelakuan mertua ini justru berubah menjadi demikian baik padanya. Sikapnya berubah 180 derajat dari sebelumnya, ia mulai menyapa lebih dahulu setiap kali ketemu. Pikirnya, ini pasti akibat awal dari racun itu, yakni adanya perubahan sikap sebelum akhirnya meninggal. Mendekati hari ke-40 sikap mertua semakin baik dan hubungan dengannya semakin manis, ia mulai membuatkan minum teh di pagi hari, menyediakan pisang goreng dan seterusnya. Sebuah perilaku mertua yang dulu tidak pernah ia bayangkan akan terjadi.
Puncaknya pada hari ke-50 mertua memasakkan makanan yang paling ia sukai, bahkan di pagi harinya ia terkejut saat mendapati bajunya sudah dicuci bahkan diseterika oleh si mertua. Tak ayal lagi, hati kecilnya mulai memberontak. Muncullah rasa bersalah yang makin hari makin menguat. Pada hari ke-55, sudah tak terbendunglagi penyesalan itu, karena melihat perubahan si Ibu mertua yang menjadi sedemikian sayang padanya. Akhirnya pergilah ia ke dukun itu lagi, dengan terbata-bata penuh penyesalan dan rasa berdosa ia memohon-mohon untuk dibuatkan penangkal racun yang pernah diberikan sang dukun padanya.
Dengan senyum bijaksana bak malaikat, dukun itu berkata “Cairan yang kuberikan padamu dulu itu bukanlah racun, namun air biasa yang kuberi warna saja. Sikap mertuamu yang berubah menjadi sayang padamu, disebabkan karena SIKAP DIRIMU YANG TERLEBIH DAHULU BERUBAH MENJADI LEBIH RAMAH, LEBIH SANTUN DAN SELALU SENYUM PADANYA.”
Ada beberapa pelajaran yang bisa kita ambil dari kisah di atas. Pertama, sikap buruk/penolakan orang lain, hanyalah sebagai akibat/reaksi atas sikap buruk kita padanya. Kedua, kalau mau mengubah orang lain, kitalah yang berubah dahulu. Ketiga, tidak semua ‘dukun’ salah. Kita juga harus jadi ‘dukun’ kalau sukses belajar yakni ‘duduk dengan tekun’. Keempat: Selamat mencoba!
Minggu, 23 November 2014
Kisah Cinta Romantis Ali dan Fatimah
Ada rahasia terdalam di hati Ali yang tak dikisahkannya pada siapapun. Fathimah. Karib kecilnya, puteri tersayang dari Sang Nabi yang adalah sepupunya itu, sungguh memesonanya. Kesantunannya, ibadahnya, kecekatan kerjanya, parasnya. Lihatlah gadis itu pada suatu hari ketika ayahnya pulang dengan luka memercik darah dan kepala yang dilumur isi perut unta. Ia bersihkan hati-hati, ia seka dengan penuh cinta. Ia bakar perca, ia tempelkan ke luka untuk menghentikan darah ayahnya.
Semuanya dilakukan dengan mata gerimis dan hati menangis. Muhammad ibn 'Abdullah Sang Tepercaya tak layak diperlakukan demikian oleh kaumnya! Maka gadis cilik itu bangkit. Gagah ia berjalan menuju Ka'bah. Di sana, para pemuka Quraisy yang semula saling tertawa membanggakan tindakannya pada Sang Nabi tiba-tiba dicekam diam. Fathimah menghardik mereka dan seolah waktu berhenti, tak memberi mulut-mulut jalang itu kesempatan untuk menimpali. Mengagumkan!
Ali tak tahu apakah rasa itu bisa disebut cinta. Tapi, ia memang tersentak ketika suatu hari mendengar kabar yang mengejutkan. Fathimah dilamar seorang lelaki yang paling akrab dan paling dekat kedudukannya dengan Sang Nabi. Lelaki yang membela Islam dengan harta dan jiwa sejak awal-awal risalah. Lelaki yang iman dan akhlaqnya tak diragukan; Abu Bakr Ash Shiddiq, Radhiyallaahu ’Anhu
"Allah mengujiku rupanya", begitu batin ’Ali.
Ia merasa diuji karena merasa apalah ia dibanding Abu Bakar. Kedudukan di sisi Nabi? Abu Bakar lebih utama, mungkin justru karena ia bukan kerabat dekat Nabi seperti 'Ali, namun keimanan dan pembelaannya pada Allah dan RasulNya tak tertandingi. Lihatlah bagaimana Abu Bakar menjadi kawan perjalanan Nabi dalam hijrah sementara 'Ali bertugas menggantikan beliau untuk menanti maut di ranjangnya.
Lihatlah juga bagaimana Abu Bakr berda’wah. Lihatlah berapa banyak tokoh bangsawan dan saudagar Makkah yang masuk Islam karena sentuhan Abu Bakar; 'Utsman, 'Abdurrahman ibn 'Auf, Thalhah, Zubair, Sa'd ibn Abi Waqqash, Mush'ab.. Ini yang tak mungkin dilakukan kanak-kanak kurang pergaulan seperti 'Ali.
Lihatlah berapa banyak budak Muslim yang dibebaskan dan para faqir yang dibela Abu Bakar; Bilal, Khabbab, keluarga Yassir, 'Abdullah ibn Mas'ud.. Dan siapa budak yang dibebaskan 'Ali? Dari sisi finansial, Abu Bakar sang saudagar, insya Allah lebih bisa membahagiakan Fathimah.
'Ali hanya pemuda miskin dari keluarga miskin. "Inilah persaudaraan dan cinta", gumam 'Ali.
"Aku mengutamakan Abu Bakar atas diriku, aku mengutamakan kebahagiaan Fathimah atas cintaku."
Cinta tak pernah meminta untuk menanti. Ia mengambil kesempatan atau mempersilakan. Ia adalah keberanian, atau pengorbanan
Beberapa waktu berlalu, ternyata Allah menumbuhkan kembali tunas harap di hatinya yang sempat layu.
Lamaran Abu Bakr ditolak. Dan ’Ali terus menjaga semangatnya untuk mempersiapkan diri. Ah, ujian itu rupanya belum berakhir. Setelah Abu Bakr mundur, datanglah melamar Fathimah seorang laki-laki lain yang gagah dan perkasa, seorang lelaki yang sejak masuk Islamnya membuat kaum Muslimin berani tegak mengangkat muka, seorang laki-laki yang membuat syaithan berlari takut dan musuh- musuh Allah bertekuk lutut.
'Umar ibn Al Khaththab. Ya, Al Faruq, sang pemisah kebenaran dan kebathilan itu juga datang melamar Fathimah. 'Umar memang masuk Islam belakangan, sekitar 3 tahun setelah 'Ali dan Abu Bakar. Tapi siapa yang menyangsikan ketulusannya? Siapa yang menyangsikan kecerdasannya untuk mengejar pemahaman? Siapa yang menyangsikan semua pembelaan dahsyat yang hanya 'Umar dan Hamzah yang mampu memberikannya pada kaum muslimin? Dan lebih dari itu, 'Ali mendengar sendiri betapa seringnya Nabi berkata, "Aku datang bersama Abu Bakar dan 'Umar, aku keluar bersama Abu Bakr dan 'Umar, aku masuk bersama Abu Bakr dan 'Umar.."
Betapa tinggi kedudukannya di sisi Rasul, di sisi ayah Fathimah. Lalu coba bandingkan bagaimana dia berhijrah dan bagaimana 'Umar melakukannya. 'Ali menyusul sang Nabi dengan sembunyi-sembunyi, dalam kejaran musuh yang frustasi karena tak menemukan beliau Shallallaahu 'Alaihi wa Sallam. Maka ia hanya berani berjalan di kelam malam. Selebihnya, di siang hari dia mencari bayang-bayang gundukan bukit pasir. Menanti dan bersembunyi.
'Umar telah berangkat sebelumnya. Ia thawaf tujuh kali, lalu naik ke atas Ka'bah. "Wahai Quraisy", katanya. "Hari ini putera Al Khaththab akan berhijrah. Barangsiapa yang ingin isterinya menjanda, anaknya menjadi yatim, atau ibunya berkabung tanpa henti, silakan hadang 'Umar di balik bukit ini!" 'Umar adalah lelaki pemberani. 'Ali, sekali lagi sadar. Dinilai dari semua segi dalam pandangan orang banyak, dia pemuda yang belum siap menikah. Apalagi menikahi Fathimah binti Rasulillah! Tidak. 'Umar jauh lebih layak. Dan 'Ali ridha.
Cinta tak pernah meminta untuk menanti
Ia mengambil kesempatan
Itulah keberanian
Atau mempersilakan
Yang ini pengorbanan
Maka 'Ali bingung ketika kabar itu meruyak. Lamaran 'Umar juga ditolak.
Menantu macam apa kiranya yang dikehendaki Nabi? Yang seperti 'Utsman sang miliarderkah yang telah menikahi Ruqayyah binti Rasulillah? Yang seperti Abul ’Ash ibn Rabi'kah, saudagar Quraisy itu, suami Zainab binti Rasulillah? Ah, dua menantu Rasulullah itu sungguh membuatnya hilang kepercayaan diri.
Di antara Muhajirin hanya 'Abdurrahman ibn 'Auf yang setara dengan mereka. Atau justru Nabi ingin mengambil menantu dari Anshar untuk mengeratkan kekerabatan dengan mereka? Sa'd ibn Mu'adz kah, sang pemimpin Aus yang tampan dan elegan itu? Atau Sa’d ibn 'Ubaidah, pemimpin Khazraj yang lincah penuh semangat itu?
"Mengapa bukan engkau yang mencoba kawan?", kalimat teman-teman Ansharnya itu membangunkan lamunan. "Mengapa engkau tak mencoba melamar Fathimah? Aku punya firasat, engkaulah yang ditunggu-tunggu Baginda Nabi.. "
"Aku?", tanyanya tak yakin.
"Ya. Engkau wahai saudaraku!"
"Aku hanya pemuda miskin. Apa yang bisa kuandalkan?"
"Kami di belakangmu, kawan! Semoga Allah menolongmu!"
'Ali pun menghadap Sang Nabi. Maka dengan memberanikan diri, disampaikannya keinginannya untuk menikahi Fathimah. Ya, menikahi. Ia tahu, secara ekonomi tak ada yang menjanjikan pada dirinya. Hanya ada satu set baju besi di sana ditambah persediaan tepung kasar untuk makannya. Tapi meminta waktu dua atau tiga tahun untuk bersiap-siap? Itu memalukan! Meminta Fathimah menantikannya di batas waktu hingga ia siap? Itu sangat kekanakan. Usianya telah berkepala dua sekarang.
"Engkau pemuda sejati wahai 'Ali!", begitu nuraninya mengingatkan. Pemuda yang siap bertanggungjawab atas cintanya. Pemuda yang siap memikul resiko atas pilihan- pilihannya. Pemuda yang yakin bahwa Allah Maha Kaya. Lamarannya berjawab, "Ahlan wa sahlan!" Kata itu meluncur tenang bersama senyum Sang Nabi.
Dan ia pun bingung. Apa maksudnya? Ucapan selamat datang itu sulit untuk bisa dikatakan sebagai isyarat penerimaan atau penolakan. Ah, mungkin Nabi pun bingung untuk menjawab. Mungkin tidak sekarang. Tapi ia siap ditolak. Itu resiko. Dan kejelasan jauh lebih ringan daripada menanggung beban tanya yang tak kunjung berjawab. Apalagi menyimpannya dalam hati sebagai bahtera tanpa pelabuhan. Ah, itu menyakitkan.
"Bagaimana jawab Nabi kawan? Bagaimana lamaranmu?"
"Entahlah.."
"Apa maksudmu?"
"Menurut kalian apakah 'Ahlan wa Sahlan' berarti sebuah jawaban!"
"Dasar tolol! Tolol!", kata mereka,
"Eh, maaf kawan.. Maksud kami satu saja sudah cukup dan kau mendapatkan dua! Ahlan saja sudah berarti ya. Sahlan juga. Dan kau mendapatkan Ahlan wa Sahlan kawan! Dua-duanya berarti ya !"
Dan 'Ali pun menikahi Fathimah. Dengan menggadaikan baju besinya. Dengan rumah yang semula ingin disumbangkan ke kawan-kawannya tapi Nabi berkeras agar ia membayar cicilannya. Itu hutang.
Dengan keberanian untuk mengorbankan cintanya bagi Abu Bakr, 'Umar, dan Fathimah. Dengan keberanian untuk menikah. Sekarang. Bukan janji-janji dan nanti-nanti.
'Ali adalah gentleman sejati. Tidak heran kalau pemuda Arab memiliki yel, "Laa fatan illa 'Aliyyan! Tak ada pemuda kecuali Ali!" Inilah jalan cinta para pejuang. Jalan yang mempertemukan cinta dan semua perasaan dengan tanggung jawab. Dan di sini, cinta tak pernah meminta untuk menanti. Seperti 'Ali. Ia mempersilakan. Atau mengambil kesempatan. Yang pertama adalah pengorbanan. Yang kedua adalah keberanian.
Dan ternyata tak kurang juga yang dilakukan oleh Putri Sang Nabi, dalam suatu riwayat dikisahkan bahwa suatu hari (setelah mereka menikah) Fathimah berkata kepada 'Ali, "Maafkan aku, karena sebelum menikah denganmu. Aku pernah satu kali jatuh cinta pada seorang pemuda"
'Ali terkejut dan berkata, "kalau begitu mengapa engkau mau manikah denganku? dan Siapakah pemuda itu?"
Sambil tersenyum Fathimah berkata, "Ya, karena pemuda itu adalah Dirimu" ini merupakan sisi ROMANTIS dari hubungan mereka berdua.
Kemudian Nabi saw bersabda: "Sesungguhnya Allah Azza wa Jalla memerintahkan aku untuk menikahkan Fatimah puteri Khadijah dengan Ali bin Abi Thalib, maka saksikanlah sesungguhnya aku telah menikahkannya dengan maskawin empat ratus Fidhdhah (dalam nilai perak), dan Ali ridha (menerima) mahar tersebut."
Kemudian Rasulullah saw. mendoakan keduanya:
"Semoga Allah mengumpulkan kesempurnaan kalian berdua, membahagiakan kesungguhan kalian berdua, memberkahi kalian berdua, dan mengeluarkan dari kalian berdua kebajikan yang banyak." (kitab Ar-Riyadh An-Nadhrah 2:183, bab4)
Kisah Romantis ini diambil dari buku Jalan Cinta Para Pejuang, Salim A.Fillah
chapter aslinya berjudul "Mencintai sejantan 'Ali"
Harga Sebuah keajaiban
Sally baru berumur 8 tahun ketika secara tak sengaja, dia mendengar orang tuanya saling berbicara mengenai adik lelakinya, Georgi yang menderita sakit parah.
Hanya operasi yang sangat mahal yang bisa menyelamatkan hidupnya, tapi mereka tak punya biaya.
Sally mendengar ayahnya berkata : “Hanya KEAJAIBAN yang bisa menyelamatkannya”.
Lalu Sally membuka celengannya, dikeluarkannya semua isi celengan itu ke lantai dan kemudian menghitungnya.
Dengan membawa uang, Sally menyelinap keluar dan pergi ke apotik.
“Apa yang kau perlukan?” tanya apoteker.
“Saya mau menolong adikku, dia sakit dan saya mau membeli keajaiban” jawab Sally
“Apa?!" Sang apoteker sedikit bingung.
“Ayahku mengatakan hanya keajaiban yang bisa menyelamatkan jiwanya. Jadi berapa harganya ?”
“Kami tidak menjual keajaiban, adik kecil” jawab apoteker.
“Tapi saya punya uang. Katakan saja berapa harga keajaiban ?”
Seorang pria berpakaian rapi yang yang mendengar percakapan Sally dan apoteker mendekat dan bertanya :
“Keajaiban jenis apa yang dibutuhkan adikmu ?”
“Saya tak tahu” jawab Sally. Air mata mulai menetes di pipinya.
“Saya hanya tahu dia sakit parah dan ayah mengatakan bahwa ia perlu dioperasi"
Orang tuaku tak mampu membayarnya, tapi saya punya uang ini”
“Berapa uang yang kamu punya?” tanya pria itu lagi.
“Satu dollar, sebelas sen” jawab Sally dengan yakin.
“Kebetulan sekali”, kata pria itu sambil tersenyum, “Satu dollar dan sebelas sen, harga yang tepat untuk membeli keajaiban, yang dapat menolong adikmu!”
Orang itu mengambil uang Sally, kemudian memegang tangan Sally:
“Bawa saya kepada adikmu, saya mau bertemu dengannya dan orang tuamu”
Pria itu adalah Dr. Carlton Armstrong, seorang ahli bedah terkenal. Operasi dilakukan tanpa biaya dan tak butuh waktu yang lama Georgi kembali ke rumah dalam keadaan sehat.
Orang tuanya sangat bahagia.
Sally tersenyum...
Dia tahu pasti berapa harga keajaiban tersebut, Satu dollar dan sebelas sen! ditambah dengan keyakinan.
When u think that there's no miracle, you're wrong !
Keep your Faith and Keep praying!
Hanya operasi yang sangat mahal yang bisa menyelamatkan hidupnya, tapi mereka tak punya biaya.
Sally mendengar ayahnya berkata : “Hanya KEAJAIBAN yang bisa menyelamatkannya”.
Lalu Sally membuka celengannya, dikeluarkannya semua isi celengan itu ke lantai dan kemudian menghitungnya.
Dengan membawa uang, Sally menyelinap keluar dan pergi ke apotik.
“Apa yang kau perlukan?” tanya apoteker.
“Saya mau menolong adikku, dia sakit dan saya mau membeli keajaiban” jawab Sally
“Apa?!" Sang apoteker sedikit bingung.
“Ayahku mengatakan hanya keajaiban yang bisa menyelamatkan jiwanya. Jadi berapa harganya ?”
“Kami tidak menjual keajaiban, adik kecil” jawab apoteker.
“Tapi saya punya uang. Katakan saja berapa harga keajaiban ?”
Seorang pria berpakaian rapi yang yang mendengar percakapan Sally dan apoteker mendekat dan bertanya :
“Keajaiban jenis apa yang dibutuhkan adikmu ?”
“Saya tak tahu” jawab Sally. Air mata mulai menetes di pipinya.
“Saya hanya tahu dia sakit parah dan ayah mengatakan bahwa ia perlu dioperasi"
Orang tuaku tak mampu membayarnya, tapi saya punya uang ini”
“Berapa uang yang kamu punya?” tanya pria itu lagi.
“Satu dollar, sebelas sen” jawab Sally dengan yakin.
“Kebetulan sekali”, kata pria itu sambil tersenyum, “Satu dollar dan sebelas sen, harga yang tepat untuk membeli keajaiban, yang dapat menolong adikmu!”
Orang itu mengambil uang Sally, kemudian memegang tangan Sally:
“Bawa saya kepada adikmu, saya mau bertemu dengannya dan orang tuamu”
Pria itu adalah Dr. Carlton Armstrong, seorang ahli bedah terkenal. Operasi dilakukan tanpa biaya dan tak butuh waktu yang lama Georgi kembali ke rumah dalam keadaan sehat.
Orang tuanya sangat bahagia.
Sally tersenyum...
Dia tahu pasti berapa harga keajaiban tersebut, Satu dollar dan sebelas sen! ditambah dengan keyakinan.
When u think that there's no miracle, you're wrong !
Keep your Faith and Keep praying!
Luangkan waktu selama satu menit dan cobalah berpikir
Oh Muslimah, luangkan waktu selama satu menit dan coba lah berpikir ...............!!
Setelah mengenakan jilbab, dia menatap terlalu lama untuk pantulan dirinya di cermin...
... suara setan berbisik padanya: "sesuatu yang hilang sayang! wajah kamu tampak pucat, ayolah ... sedikit sentuhan make-up tidak akan merugikan siapa pun! "dia mengambil lipstik dengan tangan gemetar, memandangi lipstik itu selama satu menit antara jari-jarinya ..
Suara itu berbisik padanya lagi: "Just do it! ?! banyak gadis Hijabi memakai make-up, jadi mengapa kamu juga tidak melakukannya "katanya pada bayangannya di cermin:
~ ~ Tapi jika beberapa Muslimat melakukannya, tidak berarti itu adalah hal yang benar untuk dilakukan, bukan?! Banyak Muslimat tidak memakai jilbab, apakah itu berarti aku tidak boleh memakainya seperti mereka?! "" Ya tetapi kamu akan terlihat lebih cantik dengan make-up ~ ~
Suara itu berbisik lagi Dengan sedikit ragu-ragu, ia mengangkat lipstik ke bibirnya untuk menerapkannya ... tiba-tiba dia berhenti!
"Menunggu" katanya pada bayangannya "tapi aku tidak memakai Hijab untuk melindungi diri dari pandangan mata dari lawan jenis?! memakai make-up bertentangan dengan tujuan sebenarnya dari Hijab! "
Dia terdiam sejenak, lalu dia mendengar setan berbisik lagi:?! "! Tapi sayang kamu memakainya untuk diri sendiri tidak kepada orang lain" "aku" katanya "jadi jika saya memakainya sendiri, mengapa tidak akan saya pakai di rumah juga?! "" ok ok! jadi apa yang kamu katakan?!
~ ~ ~ Apakah Anda mengatakan bahwa make-up adalah Haram?! ~ ~ ~
Suara itu mengatakan setelah satu menit mengheningkan cipta "tentu saja tidak!" Katanya "Make up bukanlah Haram jika Muslimah memakainya
1) untuk mempercantik diri di depan suami atau
2) dipakai dalam kesempatan di mana tidak ada pencampuran antara laki-laki dan perempuan!
Yang paling penting adalah bahwa laki-laki non mahram tidak melihatnya dengan make-up "
"Yang mengatakan begitu?!" Tanya suara "Allah berkata begitu!
Dalam Al-Qur'an Surat An-Nur Ayat 31... dan sekarang pergi!
A'udhu billahi minashaytanir-rajiim
(Aku berlindung kepada Allah dari setan terkutuk!) "Alhamdulilah! Tidak ada bisik-bisik lagi!
Dia tersenyum sendiri di cermin, menaruh lipstik kembali ke tempatnya! Ya! dia berusaha untuk menjadi cantik tapi hanya di sisi Allah sebagai hamba yang taat....
Dia bukan sepotong permen untuk menarik mata setiap yang melihatnya! Dia suka terlihat natural dan rasa malu adalah satu-satunya hal yang memperindah dia!
"Betapa besar untuk menjadi hamba yang patuh!" Katanya untuk dirinya sendiri.
Setelah mengenakan jilbab, dia menatap terlalu lama untuk pantulan dirinya di cermin...
... suara setan berbisik padanya: "sesuatu yang hilang sayang! wajah kamu tampak pucat, ayolah ... sedikit sentuhan make-up tidak akan merugikan siapa pun! "dia mengambil lipstik dengan tangan gemetar, memandangi lipstik itu selama satu menit antara jari-jarinya ..
Suara itu berbisik padanya lagi: "Just do it! ?! banyak gadis Hijabi memakai make-up, jadi mengapa kamu juga tidak melakukannya "katanya pada bayangannya di cermin:
~ ~ Tapi jika beberapa Muslimat melakukannya, tidak berarti itu adalah hal yang benar untuk dilakukan, bukan?! Banyak Muslimat tidak memakai jilbab, apakah itu berarti aku tidak boleh memakainya seperti mereka?! "" Ya tetapi kamu akan terlihat lebih cantik dengan make-up ~ ~
Suara itu berbisik lagi Dengan sedikit ragu-ragu, ia mengangkat lipstik ke bibirnya untuk menerapkannya ... tiba-tiba dia berhenti!
"Menunggu" katanya pada bayangannya "tapi aku tidak memakai Hijab untuk melindungi diri dari pandangan mata dari lawan jenis?! memakai make-up bertentangan dengan tujuan sebenarnya dari Hijab! "
Dia terdiam sejenak, lalu dia mendengar setan berbisik lagi:?! "! Tapi sayang kamu memakainya untuk diri sendiri tidak kepada orang lain" "aku" katanya "jadi jika saya memakainya sendiri, mengapa tidak akan saya pakai di rumah juga?! "" ok ok! jadi apa yang kamu katakan?!
~ ~ ~ Apakah Anda mengatakan bahwa make-up adalah Haram?! ~ ~ ~
Suara itu mengatakan setelah satu menit mengheningkan cipta "tentu saja tidak!" Katanya "Make up bukanlah Haram jika Muslimah memakainya
1) untuk mempercantik diri di depan suami atau
2) dipakai dalam kesempatan di mana tidak ada pencampuran antara laki-laki dan perempuan!
Yang paling penting adalah bahwa laki-laki non mahram tidak melihatnya dengan make-up "
"Yang mengatakan begitu?!" Tanya suara "Allah berkata begitu!
Dalam Al-Qur'an Surat An-Nur Ayat 31... dan sekarang pergi!
A'udhu billahi minashaytanir-rajiim
(Aku berlindung kepada Allah dari setan terkutuk!) "Alhamdulilah! Tidak ada bisik-bisik lagi!
Dia tersenyum sendiri di cermin, menaruh lipstik kembali ke tempatnya! Ya! dia berusaha untuk menjadi cantik tapi hanya di sisi Allah sebagai hamba yang taat....
Dia bukan sepotong permen untuk menarik mata setiap yang melihatnya! Dia suka terlihat natural dan rasa malu adalah satu-satunya hal yang memperindah dia!
"Betapa besar untuk menjadi hamba yang patuh!" Katanya untuk dirinya sendiri.
Langganan:
Postingan (Atom)